sawitsetara.co -NUSA DUA- Prospek kebutuhan minyak sawit atau CPO (crude palm oil) dunia pada tahun depan, diproyeksikan masih tetap tumbuh meski tidak terlalu pesat, dengan harga CPO akan melandai dan tidak akan jatuh terlalu dalam seperti yang pernah terjadi pada akhir September lalu.
Hal ini diungkapkan analis Oil World, Thomas Mielke, saat memperkirakan harga minyak kelapa sawit (CPO) yang menurutnya tidak akan jatuh terlalu dalam pada 2023.
“Produksi minyak sawit akan naik pada tahun depan. Selain itu, harga CPO juga dipengaruhi oleh masalah geopolitik, iklim dan energi. Harga minyak sawit dunia tidak mungkin jatuh kembali ke posisi terendah sebagaimana terjadi baru-baru ini. Pada 28 September kemarin, harga RBD Palm Olein Malaysia mencapai FOB 810 dolar AS per ton. Walaupun kembali membaik pada 2 November sebesar 975 dolar AS per ton,” ujar Mielke, saat berbicara Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) and 2023 Price Outlook di Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua, Bali, Jumat (4/11).
Menurut Mielke, kenaikan produksi CPO terjadi di Indonesia dan Malaysia pada periode Oktober 2022 hingga September 2023. Dalam hal ini, produksi CPO Indonesia diperkirakan naik sebesar 2,2 juta ton dan Malaysia sebesar 300 ribu ton. Kendati demikian, lanjutnya, kenaikan produksi sawit dunia yang tumbuh signifikan sepanjang 40 tahun terakhir sejak 1980 hingga 2022 menghadapi tantangan produktivitas.
Dengan total produksi sawit dunia mencapai 78,3 juta ton sampai 2022, yang berkontribusi sebesar 32 persen terhadap produksi minyak dan lemak (oil and fats).
“Sebelumnya, rata-rata kenaikan produksi sawit dalam 10 tahun terakhir mencapai 2,9 juta ton/tahun sampai 2020. Namun, rerata produksi sawit bakalan turun menjadi 2,3 juta ton dalam 10 tahun mendatang sampai 2030,” ujar Mielke.
Dari Aspek permintaan, program biodiesel sangat mempengaruhi kebutuhan sawit dunia. Mielke menjelaskan produksi biodiesel naik dua kali lipat dalam 10 tahun terakhir. Saat ini, harga CPO naik karena daya saing kelapa sawit di Indonesia dan dampak program pencampuran biodiesel.
Data Oil World menyatakan, produksi biodiesel Indonesia mencapai 8,7 juta ton pada 2022 atau naik 3,3 juta ton dalam 4 tahun belakangan. Setelah harga minyak sawit domestik jatuh di bawah minyak gas, penggunaan biodiesel dapat melebihi mandatori.
Di Amerika Serikat produksi biodiesel telah melebihi 10 juta ton pada 2022 dan meningkat lebih tinggi pada 2023. Begitupun dengan produksi biodiesel Brasil yang meningkat setidaknya 6 juta ton pada 2023.
Untuk proyeksi harga minyak nabati di tahun depan, Oil World memperkirakan harga minyak sawit termasuk minyak nabati sedikit menurun dari tahun ini.
“Ada tren penurunan minyak bunga matahari, kedelai, dan rapeseed, akibat pasokan yang naik tajam, kemungkinan akan membuat harga minyak kedelai dan oil seed turun sebesar 100 dolar AS hingga 200 dolar AS per ton dari level saat ini, bahkan bisa terkoreksi 250 dolar AS per ton,” ucapnya.
Jur: SS03
Red: Maria Pandiangan