sawitsetara – BOGOR – Pusat Penelitian Pembangunan Pertanian dan Perdesaan (PSP3) IPB University menyelenggarakan Prosesi Wisuda Program Sekolah Pemberdayaan Rakyat (SPR) ke-8 di Gedung Startup Center Institut Regional Sains dan Teknologi IPB, Bogor Jawa Barat.
Pada kesempatan ini, 75 orang petani, peternak, dan masyarakat berhasil menyelesaikan dan lulus program SPR. Dari jumlah tersebut, peserta berasal dari Kabupaten Fakfak (Papua Barat) sebanyak 47 orang, Kabupaten Sigi (Sulawesi Tengah) sembilan orang, dan Kota Kediri (Jawa Timur) sembilan orang.
Proses wisuda ini melibatkan setidaknya 14 desa di empat distrik (Arguni, Kokas, Tomage dan Bombele), 12 diantaranya merupakan desa Fakfak. Secara spesifik, program SPR Sigi diadopsi oleh Universitas Tadulako yang mendapat izin dari IPB untuk melakukan inovasi dan implementasi SPR di wilayah Sulawesi Tengah.
SPR IPB merupakan model sosial yang dapat diadopsi oleh perguruan tinggi lain melalui mekanisme perizinan (transfer inovasi). Dalam hal ini IPB dan Universitas Tadulako bergabung dalam Aliansi Strategis Pengelolaan SPR Indonesia (AGISPRINA) yang bertujuan untuk mengembangkan masyarakat pertanian dan kelautan melalui program SPR di seluruh Indonesia.
Hingga saat ini IPB telah mendirikan 75 SPR-1111 (peternakan) di 13 negara bagian dan 23 kabupaten/kota yang sebagian terdampak penyakit virus corona (Covid-19) dan kendala lainnya sudah terhenti.
Ketua Panitia Prof Dr Agik Suprayogi, Wakil Direktur Penelitian LPPM IPB, menyampaikan rasa terima kasih dan kebanggaannya kepada para wisudawan yang berhasil menyelesaikan program SPR.
Dirinya turut menyampaikan terima kasih kepada Universitas Tadulako dan tiga universitas lainnya, yaitu Universitas Papua, Universitas Islam Kadiri Jawa Timur, dan Politeknik Negeri Fakfak, atas dukungan mereka terhadap upaya IPB dalam membentuk AGISPRINA.
“Hari ini, kami bersyukur atas kesempatan dari Universitas Tandulako-Palu Sulawesi Tengah untuk mengadakan wisuda bersama dengan satu SPR-1111 Mosangu Masagena dari Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi, sebagai bagian dari kolaborasi dalam AGISPRINA. Kami juga mengakui kemungkinan bagi alumni SPR-IPB untuk diwisuda di Universitas Tandulako atau universitas lain yang tergabung dalam Aliansi tersebut, demi efisiensi dan efektivitas bersama,” ungkapnya.
SPR merupakan pendekatan terpadu untuk mencapai penghidupan berkelanjutan dan mendukung pembangunan pedesaan/desa dan komunitas agro-laut dalam mencapai kedaulatan pangan. Hal ini merupakan kemajuan penting dalam memperkuat kapasitas dan daya tawar komunitas agromaritim dalam mengelola perubahan dan pembangunan regional.
Mewakili Rektor IPB University, Profesor Dr Mohammad Agus Setiadi, Sekretaris Jenderal Sekolah Keguruan IPB University, menyampaikan bahwa pembangunan SPR di Fakfak didukung oleh PT Pupuk Kalimantan Timur (Kalimantan Timur). Proyek tersebut merupakan bagian dari proyek pengembangan peternakan dan penyediaan pangan di Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat.
“Nantinya diharapkan proyek ini akan melakukan ekspansi bisnisnya untuk mengembangkan kawasan industri pupuk di Fakfak. Program SPR juga diharapkan menjadi bagian dari praktik ESG (Environmental Social Governance) dan GCG (Good Corporate Governance) baik IPB University maupun PT. Pupuk Kaltim,” tambahnya.
Dirinya menambahkan bahwa SPR bertujuan untuk membentuk komunitas lokal yang mandiri dan berdaya saing, mempersiapkan mereka untuk menghadapi perubahan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.
“Harapannya, SPR dapat menciptakan masyarakat agromaritim yang inklusif, tangguh, dan adaptif, serta berperan dalam swasembada pangan dan daging nasional, serta sebagai strategi untuk mengatasi kerawanan pangan. Bahkan berpotensi juga sebagai salah satu strategi pemenuhan logistik untuk mendukung program Makan dan Susu Gratis yang dicanangkan oleh presiden terpilih,” tegasnya.
Sumber: majalahsawitIndonesia.com
Jur: Ningrum